Minggu, 08 Juli 2012

Penyambutan Slank VS SBY A Qou Vadis Mahasiswa Palangka Raya


Penyambutan Slank VS SBY
A Qou Vadis Mahasiswa Palangka Raya

Mungkin terlalu naif mengkaitkan kedua sosok yang mempunyai massa berbeda tersebut, Slank dengan basis massanya dikenal dengan nama Slankers yang merupakan fans fanatik idolanya tersebut dan SBY dengan basis massanya adalah kader Partai Demokrat dari tingkat ranting sampai pada tingkatan ketua umum.

Bulan Juli 2012, dua magnet pemberitaan tersebut pasti akan menjadi tranding topic ditiap-tiap media nasional maupun lokal saat dimana mereka berada. SBY memang tidak usah lagi diragukan kepupolernya siapa tidak mengenal SBY yaitu Presiden Republik Indonesia saat ini dan siapa yang tidak mengenal band Slank bergenre Rock N’Rool ini. Mereka akan sama –sama menginjakan kaki kebumi tambun bungai ini, Slank dikhbarkan pukul 10.00 Wib telah tiba di bandara tjilik riwut Palangka Raya dan sedangkan SBY dijadwalkan akan membuka pameran terkait hari koperasi nasional bertempat dianjungan kotim Palangka Raya pada 12 Juli 2012 yang akan datang.

Para tokoh publik ini pun tidak lepas dari acara penyambutan, walaupun penyambutan dengan acara yang berbeda pula khususnya para kalangan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam parlemen jalanan. Seperti sudah menjadi kebiasaan jika band Slank ini datang kesuatu tempat untuk melantukan lagu-lagu andalanya seperti virus, kamu harus pulang dan lain-lain para slankers di kota tersebut akan mengadakan penyambutan dengan adanya kompoi dan lain-lain, hal yang sama juga dilakukan oleh Slankers Club Palangka Raya. Sedangkan untuk penyambutan pak Beye nama lain dari sapaan akrab Presiden Republik ini diseluruh wilayah indonesia dimana ia menginjakan kaki para mahasiawa yang tergabung dalam berbagai aliansi akan menyambut kedatangan pak beye dengan cara menolak beliau, bahkan tidak jarang bentrok dengan aparat kepolisianpun tidak dapat dihindarkan. Mahasiswa menolak kedatangan Sby tentunya mempunyai alasan kuat untuk menjadi dasar atas gerakan itu. Sby dinilai tidak mampu menjadi pemimpin negara ini dengan melihat dimasa kepemimpinanya semua kasus semakin ramai atau mengalami tracking peningkatan, kasus perampasan tanah, TKI sampai masalah kebebasan untuk menentukan pilihanya pada agama tertentu masih menjadi kasus-kasus yang kian menumpuk pada raport pemerintahan yang ia pimpin.

Antara SBY dan SLANK siapa yang perlu disambut ?

                 Pertanyaan ini mungkin suatu pertanyaan yang sangat konyol karena dalam tulisan bait pertama ini mengkaitkan tentang sesuatu yang naif yaitu mengkaitkan tokoh politik dan tokoh hiburan (kesenian). Namun bagi penulis sediri pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling mendasarkan atas pemahaman para mahasiswa atas aktivitas politik serta pemahamnya tentang politik. Jika ditinjau dari sosiologispun ada sesuatu kotrakdiksi terdapat dalam bahasan ini dimana kutup pertama berbicara tentang kesenian dan kutub kedua berbicara tentang sikap kritis seorang kader muda sebagai penentu arah bangsa di Negara ini. Aktivitas adalah praktek dan praktek yang benar adalah sebuah dialektik dimana objek harus berubah mengarah pada tatanan untuk massa, lalu aktivitas mana lebih dipentingkan ikut larut dalam sebuah kesenian atau aktivitas kritis sebagai seseorang itektual.

                Pertanyaan itulah yang harus dijawab oleh insan muda, pengemban kasalitator sejarah ini bersama massa. meminjam teory dari Max Weber bahwa “ tindakan sosial itu bukan dari dalam dirinya sendiri lalu mempunyai aktivitas berdasarkan keinginan egonya, namun tindakan sosial itu adalah aktivitas yang dilakukan setelah ia melihat realitas sosial yang ada disekelilingnya”. Pertanyaan penting selanjutnya adalah tindakan sosial apa yang kita ambil pada hari ini, apakah tindakan sosial berdasarkan ego pribadi atau tindakan sosial akibat dari realitas sosial yang mengalami ketimpangan struktural.

                Ini gunanya sebuah pratek/aktivitas terhadap teori-teori tersebut, meminjam bait wiji thukul “ apa guna punya ilmu tinggi-tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku, kalau mulut bungkam melulu”, mahasiswa adalah kaum itektual serta mahluk sosial yang mempunyai waktu teramat banyak untuk belajar tentang berinteraksi sosial lalu melakukan tindakan sosial.

Mahasiswa harus mengerti dimana letak skala prioritas dan dimana letak un prioritas dalam hal tindakan sosialnya. Bagaimana bangsa ini bisa mengalami perubahan kearah yang lebih baik jika kaum muda yang seharusnya progresif revolisionare menjadi GALAU harus melakukan tindakan sosial seperti apa dan seharusnya bagaimana terhadap change.

Tidak cukupkah realitas hari ini yang dialami oleh segenap rakyat indonesia yang telah mengalami penindasan Neo-Imprealisme ???

Sahabatmu yang rindu Demokrasi Rakyat Sejati Aryo Nugroho Waluyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar