Penyambutan
Slank VS SBY
A
Qou Vadis Mahasiswa Palangka Raya
Mungkin
terlalu naif mengkaitkan kedua sosok yang mempunyai massa berbeda tersebut,
Slank dengan basis massanya dikenal dengan nama Slankers yang merupakan fans fanatik
idolanya tersebut dan SBY dengan basis massanya adalah kader Partai Demokrat
dari tingkat ranting sampai pada tingkatan ketua umum.
Bulan
Juli 2012, dua magnet pemberitaan tersebut pasti akan menjadi tranding topic
ditiap-tiap media nasional maupun lokal saat dimana mereka berada. SBY memang
tidak usah lagi diragukan kepupolernya siapa tidak mengenal SBY yaitu Presiden
Republik Indonesia saat ini dan siapa yang tidak mengenal band Slank bergenre
Rock N’Rool ini. Mereka akan sama –sama menginjakan kaki kebumi tambun bungai
ini, Slank dikhbarkan pukul 10.00 Wib telah tiba di bandara tjilik riwut
Palangka Raya dan sedangkan SBY dijadwalkan akan membuka pameran terkait hari
koperasi nasional bertempat dianjungan kotim Palangka Raya pada 12 Juli 2012
yang akan datang.
Para
tokoh publik ini pun tidak lepas dari acara penyambutan, walaupun penyambutan
dengan acara yang berbeda pula khususnya para kalangan aktivis mahasiswa yang
tergabung dalam parlemen jalanan. Seperti sudah menjadi kebiasaan jika band
Slank ini datang kesuatu tempat untuk melantukan lagu-lagu andalanya seperti
virus, kamu harus pulang dan lain-lain para slankers di kota tersebut akan
mengadakan penyambutan dengan adanya kompoi dan lain-lain, hal yang sama juga
dilakukan oleh Slankers Club Palangka Raya. Sedangkan untuk penyambutan pak
Beye nama lain dari sapaan akrab Presiden Republik ini diseluruh wilayah
indonesia dimana ia menginjakan kaki para mahasiawa yang tergabung dalam
berbagai aliansi akan menyambut kedatangan pak beye dengan cara menolak beliau,
bahkan tidak jarang bentrok dengan aparat kepolisianpun tidak dapat dihindarkan.
Mahasiswa menolak kedatangan Sby tentunya mempunyai alasan kuat untuk
menjadi dasar atas gerakan itu. Sby dinilai tidak mampu menjadi pemimpin negara
ini dengan melihat dimasa kepemimpinanya semua kasus semakin ramai atau
mengalami tracking peningkatan, kasus perampasan tanah, TKI sampai masalah
kebebasan untuk menentukan pilihanya pada agama tertentu masih menjadi
kasus-kasus yang kian menumpuk pada raport pemerintahan yang ia pimpin.
Antara
SBY dan SLANK siapa yang perlu disambut ?
Pertanyaan ini mungkin suatu pertanyaan yang sangat
konyol karena dalam tulisan bait pertama ini mengkaitkan tentang sesuatu yang
naif yaitu mengkaitkan tokoh politik dan tokoh hiburan (kesenian). Namun bagi
penulis sediri pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling mendasarkan atas
pemahaman para mahasiswa atas aktivitas politik serta pemahamnya tentang
politik. Jika ditinjau dari sosiologispun ada sesuatu kotrakdiksi terdapat
dalam bahasan ini dimana kutup pertama berbicara tentang kesenian dan kutub
kedua berbicara tentang sikap kritis seorang kader muda sebagai penentu arah
bangsa di Negara ini. Aktivitas adalah praktek dan praktek yang benar adalah
sebuah dialektik dimana objek harus berubah mengarah pada tatanan untuk massa, lalu
aktivitas mana lebih dipentingkan ikut larut dalam sebuah kesenian atau
aktivitas kritis sebagai seseorang itektual.
Pertanyaan itulah yang harus dijawab oleh insan muda,
pengemban kasalitator sejarah ini bersama massa. meminjam teory dari Max Weber
bahwa “ tindakan sosial itu bukan dari dalam dirinya sendiri lalu mempunyai
aktivitas berdasarkan keinginan egonya, namun tindakan sosial itu adalah
aktivitas yang dilakukan setelah ia melihat realitas sosial yang ada
disekelilingnya”. Pertanyaan penting selanjutnya adalah tindakan sosial apa
yang kita ambil pada hari ini, apakah tindakan sosial berdasarkan ego pribadi
atau tindakan sosial akibat dari realitas sosial yang mengalami ketimpangan
struktural.
Ini gunanya sebuah pratek/aktivitas terhadap
teori-teori tersebut, meminjam bait wiji thukul “ apa guna punya ilmu tinggi-tinggi
kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku, kalau mulut bungkam
melulu”, mahasiswa adalah kaum itektual serta mahluk sosial yang mempunyai
waktu teramat banyak untuk belajar tentang berinteraksi sosial lalu melakukan
tindakan sosial.
Mahasiswa
harus mengerti dimana letak skala prioritas dan dimana letak un prioritas dalam
hal tindakan sosialnya. Bagaimana bangsa ini bisa mengalami perubahan kearah
yang lebih baik jika kaum muda yang seharusnya progresif revolisionare menjadi
GALAU harus melakukan tindakan sosial seperti apa dan seharusnya bagaimana
terhadap change.
Tidak
cukupkah realitas hari ini yang dialami oleh segenap rakyat indonesia yang
telah mengalami penindasan Neo-Imprealisme ???
Sahabatmu yang rindu
Demokrasi Rakyat Sejati Aryo Nugroho Waluyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar